A. Surat Adz-Dzariyyat;51 ayat 56
1. Bunyi
Surat
وَمَا
خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku, (Qs. Ad-Dzariyat: 56).
2. Arti kata/
Mufrodat
Lafadh/ kalimat
|
Arti/ terjemahan
|
خلقت
|
Telah
menciptakan
|
الجن
|
Jin
|
الإنس
|
Manusia
|
ليعبدون
|
Untuk
menyembah
|
3. Asbabun
Nuzul
Ketika para malaikat mengetahui
bahwa Allah SWT akan menciptakan khalifah di muka bumi. Allah SWT menyampaikan
perintah-Nya kepada mereka secara terperinci. Allah memberitahukan bahwa Allah
SWT akan menciptakan manusia dari tanah. Maka ketika Allah menyempurnakannya
dan meniupkan roh di dalamnya, para malaikat harus bersujud kepadanya. Yang
harus dipahami bahwa sujud tersebut adalah sujud penghormatan, bukan sujud
ibadah, karena sujud ibadah hanya diperuntukkan kepada Allah SWT.
4. Tafsir
Maksud ayat tersebut adalah Allah
menciptakan manusia dengan tujuan untuk menyuruh mereka beribadah kepada-Nya,
bukan karena Allah butuh kepada mereka. Ayat tersebut dengan gamblang
telah menjelaskan bahwa Allah SWT dengan menghidupkan manusia di dunia ini agar
mengabdi / beribadah kepada-Nya.
Ibadah terdiri dari ibadah murni
(mahdhah) dan ibadah tidak murni (ghairu mahdhah). Ibadah mahdhah adalah ibadah
yang telah ditentukan oleh Allah, bentuk, kadar, atau waktunya, seperti shalat,
zakat, puasa dan haji. Ibadah ghairu mahdhah adalah segala aktivitas lahir dan
batin manusia yang dimaksudkannya untuk mendekatkan diri kepada Allah. Segala aktivitas
pendidikan, belajar-mengajar dan sebagainya adalah termasuk dalam kategori
ibadah.
Berdasarkan ayat tersebut, dengan
mudah manusia bisa mendapat pencerahan bahwa eksistensi manusia di dunia adalah
untuk melaksanakan ibadah / menyembah kepada Allah Swt dan tentu saja semua
yang berlaku bagi manusia selama ini bukan sesuatu yang tidak ada artinya.
Sekecil apapun perbuatan itu. Kehadiran manusia ke bumi melalui proses
kelahiran, sedangkan kematian sebagai pertanda habisnya kesempatan hidup di
dunia dan selanjutnya kembali menghadap Allah untuk mempertanggungjawabkan
perbuatannya semasa hidup di dunia.
Ayat ini pula dengan
sangat jelas mengabarkan kepada kita bahwa tujuan penciptaan jin dan manusia
tidak lain hanyalah untuk “mengabdi” kepada Allah SWT. Dalam gerak langkah dan
hidup manusia haruslah senantiasa diniatkan untuk mengabdi kepada Allah.
Tujuan pendidikan yang
utama dalam Islam menurut Al-Qur’an adalah agar terbentuk insan-insan yang
sadar akan tugas utamanya di dunia ini sesuai dengan asal mula penciptaannya,
yaitu sebagai abid. Sehingga dalam melaksanakan proses pendidikan, baik dari
sisi pendidik atau anak didik, harus di dasari sebagai pengabdian kepada Allah SWT
semata.
Mengabdi dalam terminologi Islam sering diartikan dengan beribadah. Ibadah bukan sekedar ketaatan dan ketundukan, tetapi ia adalah satu bentuk ketundukan dan ketaatan yang mencapai puncaknya akibat adanya rasa keagungan dalam jiwa seseorang terhadap siapa yang kepadanya ia mengabdi. Ibadah juga merupakan dampak keyakinan bahwa pengabdian itu tertuju kepada yang memiliki kekuasaan yang tidak terjangkau dan tidak terbatas.
Mengabdi dalam terminologi Islam sering diartikan dengan beribadah. Ibadah bukan sekedar ketaatan dan ketundukan, tetapi ia adalah satu bentuk ketundukan dan ketaatan yang mencapai puncaknya akibat adanya rasa keagungan dalam jiwa seseorang terhadap siapa yang kepadanya ia mengabdi. Ibadah juga merupakan dampak keyakinan bahwa pengabdian itu tertuju kepada yang memiliki kekuasaan yang tidak terjangkau dan tidak terbatas.
Mengabdi
disini dianalogikan sebagai ibadah kepada Allah SWT. Ibadah berasal dari bahasa
Arab (kamus idris marbawi ‘abada yang bararti menghambakan diri, menurut
perintah atau merendahkan diri). Oleh karena itu manusia diciptakan Allah
agar ia beribadah atau mengabdi kepada-Nya. Untuk beribadah dengan baik dan
benar, maka manusia harus memiliki ilmu sebagai landasan yang kuat dalam
menjalankan ibadah.
Adapun
pengertian dari ibadah itu adalah memperhambakan diri dengan penuh keinsyafan
dan kerendahan. Dan dipatri lagi dengan cinta, disertai oleh raja yaitu
pengaharapan akan kasih sayang-Nya, cinta kasih yang tidak terbagi kepada yang
lainnya.
B. Surat Hud;11 ayat 61
1. Bunyi
Surat
* 4n<Î)ur yqßJrO öNèd%s{r& $[sÎ=»|¹ 4
tA$s% ÉQöqs)»t (#rßç6ôã$# ©!$# $tB /ä3s9 ô`ÏiB >m»s9Î) ¼çnçöxî (
uqèd Nä.r't±Rr& z`ÏiB ÇÚöF{$# óOä.tyJ÷ètGó$#ur $pkÏù çnrãÏÿøótFó$$sù ¢OèO (#þqç/qè? Ïmøs9Î) 4
¨bÎ) În1u Ò=Ìs% Ò=ÅgC ÇÏÊÈ
dan kepada
Tsamud (kami utus) saudara mereka shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku,
sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah
menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu
mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku
Amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya).
2. Arti kata/
Mufrodat
Lafadh/ kalimat
|
Arti/ terjemahan
|
qßJrO
|
Bangsa
tsamud
|
$[sÎ=»|¹
|
Nabi
Shaleh
|
©!$# #rßç6ôã$#
|
Sembahlah
Allah
|
Nä.r't±Rr&
|
Telah
menciptakan kalian
|
z
ÇÚöF{$#`ÏiB
|
Dari tanah
|
Oä.tyJ÷ètGó$#ur
|
Dan para
pemakmur
|
#þqç/qè?
|
Bertaubatlah
|
3. Asbabun
Nuzul
Allah
menerangkan kisah nabi Saleh as yang menyeru kepada kaunya agar beriman kepada
Allah dengan mengemukakan bukti berupa seekor unta yang khusus dan tidak boleh
diganggu dan dibunuh. Tapi kaumnya Tsamud menolak seruan itu, bahkan mereka
menentang nabi Shaleh as. Mereka membunuh unta istimewa itu. Maka Allah SWT
menimpakan kepada mereka siksaan dan malapetaka berupa suara keras yang
bergemuruh dan mengguntur yang mengakibatkan gempa bumi yang hebat. Sehingga
mereka hancur lebur semuanya kecuali nabi Saleh as dengan orang-orang yang beriman.
4.Tafsir
Pada ayat
ini Allah SWT menjelaskan bahwa Allah telah mengutus seorang utusan kepada kaum
Tsamud namanya Shaleh. Ia menyeru kepda mereka agar supaya hanya menyembah
kepda Allah SWT dan meninggalkan sembahan-sembahan yang telah membawa mereka
kepada jalan yang salah dan menyesatkan. Allahlah yang telah menciptakan mereka
dari tanah. Dari tanah itulah diciptakanNya nabi Adam as dan dari tanah itulah
asal semua manusia. Setelah manusia
berkembangbiak di atas bumi mereka diserahi Allah tugas untuk memakmurkannya,
sebagai anugerah dan karunia dari padaNya. Dengan karunia itu kaum Tsamud telah
hidup senang bahkan mereka telah dapat pula membuat rumah tempat berlindung.
Demikian
besarnya karunia dan nikmat Allah yang diberikan kepada mereka, maka wajiblah
mereka mensyukuri nikmat itu dengan mengagungkan dan memuliakan Allah SWT, tidak menyembah selain kepada Allah semata
dan seharusnyalah mereka bertaubat kepada-Nya karena keterlanjuran mereka
berbuat kesesatan menyembah selain kepada Allah SWT. Bila mereka menyadari hal
ini dan dengan sungguh-sungguh bertaubat kepada-Nya tentulah Allah yang maha
pemurah lagi maha menerima taubat
mengampuni mereka dan memasukkan mereka ke dalam golongan orang-orang
yang shaleh. Inilah yang diserukan dan dianjurkan oleh nabi Shaleh as kepada
kaumnya.
Jika ayat diatas kita kaitkan dengan nilai-nilai pendidikan, maka
akan mengandung beberapa hal, yaitu :
1.
Wahyu yang dibawa oleh Jibril (Al-Qur’an), yaitu sebagai pedoman hidup manusia,
serta menjadikannya petunjuk dan pelajaran bagi manusia, sehingga manusia bisa
menjalankan misinya dengan baik yaitu mengemban amanat Allah SWT sebagai
kholifah dimuka bumi. Artinya, manusia yang dijadikan khalifah itu bertugas
memakmurkan atau membangun bumi ini sesuai dengan konsep yang ditetapkan oleh
yang menugaskan (Allah) yang telah tertuang dalam Al-Qur’an.
2.
Dengan jiwa yang kuat serta akal yang sehat, manusia akan bisa menjalankan
fungsinya dengan baik, baik secara fertikal maupun horisontal. Dengan mempunyai
jiwa dan akal yang cerdas maka akan bisa menghasilkan ilmu, kesucian dan etika,
sedangkan dengan kondisi yang kuat, akan menghasilkan jasmani yang terampil.
Dengan menggabungkan ketiga unsur tersebut, terciptalah makhluk dwidimensi
dalam satu keseimbangan, dunia dan akherat, ilmu dan iman.
3.
Pelajaran untuk tidak bersifat lemah, bodoh, serta selalu mengkaji ilmu, baik
yang berhubungan dengan agama maupun yang berhubungan dengan dunia.
4.
Tidaklah ada batasan ilmu yang dipelajarinya, untuk mencapai keseimbangan yang
tersebut diatas.
5.
Dalam penyajian materi pendidikan, peran akal sangatlah penting untuk bisa
memahami Al-Qur’an, sehingga manusia merasa berperan dalam menemukan hakikat
materi yang disajikan itu sehingga merasa memiliki dan bertanggung jawab untuk
membelanya.
6.
Dalam mengajar disarankan untuk saling berhadap-hadapan, karena dengan ini akan
mempermudah bagi si murid untuk menerima ilmu.
C. Surat Hajj;22 ayat 41
1. Bunyi
Surat
tûïÏ%©!$# bÎ) öNßg»¨Y©3¨B Îû ÇÚöF{$# (#qãB$s%r& no4qn=¢Á9$# (#âqs?#uäur no4q2¨9$# (#rãtBr&ur Å$rã÷èyJø9$$Î/ (#öqygtRur Ç`tã Ìs3ZßJø9$# 3 ¬!ur èpt6É)»tã ÍqãBW{$# ÇÍÊÈ
(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di
muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh
berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah
kembali segala urusan.
2. Arti kata/
Mufrodat
Lafadh/ kalimat
|
Arti/ terjemahan
|
tûïÏ%©!$#
bÎ)
öNßg»¨Y©3¨B
|
Orang-orang
yang jika kami beri mereka kedudukan
|
no4qn=¢Á9$#
|
Shalat
|
no4q2¨9$#
|
Zakat
|
Å$rã÷èyJø9$$Î/
|
Kepada
yang makruf
|
Ç`tã
Ìs3ZßJø9$#
|
Dari yang
mungkar
|
3. Asbabun Nuzul
Sejak Nabi
Muhammad menyampaikan risalahnya dan melakukan dakwahnya kepada orang orang Qurays,
maka sejak itu pula sikap mereka berubah kepada nabi dan para sahabat.
Orang-orang musyrik mekah telah melakukan tindakan yang tidak berprikemanusiaan
terhadap kaum muslimin. Mereka disiksa, dianiaya dan disakiti karena mereka
telah berkeyakinan bahwa tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah SWT.
4. Tafsir
Ayat ini menerangkan tentang keadaan orang-orang yang diberikan
kemenangan dan Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi yakni Kami berikan
mereka kekuasaan mengelola satu wilayah dalam keadaan mereka yang merdeka
niscaya mereka melaksanakan shalat secara sempurna rukun, syarat, dan
sunnah-sunnahnya dan mereka juga menunaikan zakat sesuai kadarnya. Serta mereka
menyuruh anggota masyarakatnya agar berbuat yang ma’ruf serta mencegah dari
yang munkar.Ayat di atas mencerminkan sekelumit dari ciri-ciri masyarakat yang
diidamkan Islam, kapan dan di manapun, dan yang telah terbukti dalam sejarah
melalui masyarakat Nabi Muhammad SAW dan para sahabat beliau.
Ayat ini
mengemukakan tentang tujuan pendidikan yang membentuk masyarakat yang
diidam-idamkan, yaitu mempunyai pemimpin dan anggota-anggota yang bertakwa,
melaksanakan shalat, menunaikan zakat, menegakkan nilai-nilai ma’ruf
(perkembangan positif) dalam masyarakat dan mencegah perbuatan yang munkar.
Kemudian Allah SWT menerangkan
sifat-sifat orang yang diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang
benar itu. Mereka ialah para sahabat beserta Nabi Muhammad saw, yang kepada
mereka Allah telah menjanjikan kemenangan. Jika kemenangan telah mereka
peroleh, mereka tidak seperti orang-orang musyrik.
Mereka tetap mendirikan salat
pada setiap waktu yang telah ditentukan sesuai dengan yang diperintahkan Allah.
Mereka benar-benar telah yakin, bahwa salat itu tiang agama, merupakan tali
penghubung yang langsung antara Allah dengan hamba-Nya, menyucikan jiwa dan
raga, mencegah manusia dari perbuatan keji dan perbuatan mungkar serta
merupakan perwujudan takwa yang sebenarnya.
1. Mereka menunaikan zakat Mereka
meyakini bahwa di dalam harta si kaya terdapat hak orang-orang fakir dan
miskin. Karena itu mereka dalam menunaikan zakat itu bukanlah karena mereka
mengasihi orang-orang fakir dan miskin, tetapi semata-mata untuk menyerahkan
hak orang fakir dan miskin itu kepada mereka Jika mereka diangkat sebagai
penguasa, mereka berusaha agar hak orang-orang fakir dan miskin itu benar-benar
sampai kepada mereka.
2. Menyuruh manusia berbuat
makruf dan mencegah perbuatan mungkar. Mereka mendorong manusia mengerjakan
amal saleh, memimpin manusia malalui jalan lurus yang dibentangkan Allah.
Mereka sangat benci kepada orang-orang yang biasa mengerjakan larangan-larangan
Allah.
Amat benarlah janji Allah. Mereka memperoleh kemenangan yang telah dijanjikan itu. Mereka ditetapkan Allah sebagai pengurus urusan duniawi dan pemimpin umat beragama dengan baik. Dalam waktu yang singkat kaum Muslimin telah dapat menguasai daerah-daerah di luar Jaziratul Arab.
Amat benarlah janji Allah. Mereka memperoleh kemenangan yang telah dijanjikan itu. Mereka ditetapkan Allah sebagai pengurus urusan duniawi dan pemimpin umat beragama dengan baik. Dalam waktu yang singkat kaum Muslimin telah dapat menguasai daerah-daerah di luar Jaziratul Arab.
KESIMPULAN
Dari
ayat –ayat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan adalah :
1. Membentuk pribadi muslim yang sadar akan tujuan
asal mula penciptaannya, yaitu sebagai abid (hamba).
Sehingga dalam melaksanakan proses pendidikan, baik dari sisi pendidik atau
anak didik, harus didasari sebagai pengabdian kepada Allah SWT semata, selain
itu dalam setiap gerak langkahnya selalu bertujuan memperoleh ridho dari Yang
Maha Kuasa.
2. Membentuk kader-kader khalifah
fil ardl yang mempunyai sifat-sifat terpuji seperti amanah, jujur,
kuat jasmani dan mempunyai pengetahuan yang luas dalam berbagai bidang.
Diharapkan akan terbentuk muslim yang mampu mengemban tugas sebagai pembawa
kemakmuran di bumi dan “Rahmatan Lil Alamin“.
3. Membentuk manusia yang sehat jasmani dan rohani
serta moral yang tinggi, untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akherat, baik
sebagai makhluk individu maupun sebagai anggota masyarakat.
4. Sebagai khalifah dimuka
bumi yang bertugas memakmurkan atau membangun bumi ini dengan ilmu, akal dan
kekuatan yang dimiliknya sesuai dengan konsep yang ditetapkan oleh yang
menugaskan (Allah) yang telah tertuang dalam Al-Qur’an.
5. Membentuk
masyarakat yang diidam-idamkan, yaitu mempunyai pemimpin dan anggota-anggota yang bertakwa,
melaksanakan shalat, menunaikan zakat, menegakkan nilai-nilai ma’ruf
(perkembangan positif) dalam masyarakat dan mencegah perbuatan yang munkar.
DAFTAR PUSTAKA
Ashy-Shidieqi, Teungku Muhammad
Hasby, Tafsir al-Qur’anul Majid An-Nur 1, Semarang, Pustaka Rizki Putra, 2000
Departemen Agama. Al-Qur’an
dan Terjemahan, Semarang, Toha Putra, 1989
Moh. Rifa’i, Ilmu Fiqh Islam Lengkap,
Semarang,Karya Toha Putra, 1978
Mudzakkir, Abdul Mujib dan
Jusuf. Ilmu Pendidikan Islam.Jakarta, Kencana Prenada Media, 2006
M. Quraisy Shihab, Tafsir
al-Mishbah, Jakarta, Lentera Hati, 2002
Ahmad Mustafa Al Maragi, Tafsir Al-Maragi, Semarang, Toha putra, 1993
Sayyid Qutb, Tafsir Fi Zhilalil
Qur’an Jilid 11, Jakarta, Gema Insani, 2004
UU RI No. 20 Th. 2003 Tentang
SISDIKNAS, Bandung, CITRA UMBARA,
2003
Zainal Dahlan dkk, Al
Qur’an dan Tafsirnya, Yokyakarta, Dana Bhakti Wakaf UII, 1991
Tidak ada komentar:
Posting Komentar